Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang sekarang
lebih dikenal dengan nama Kraton Yogyakarta merupakan pusat dari museum
hidup kebudayaan Jawa yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak
hanya menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya semata, Kraton juga
menjadi kiblat perkembangan budaya Jawa, sekaligus penjaga nyala
kebudayaan tersebut. Di tempat ini wisatawan dapat belajar dan melihat
secara langsung bagaimana budaya Jawa terus hidup serta dilestarikan.
Kraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755,
beberapa bulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti. Dipilihnya
Hutan Beringin sebagai tempat berdirinya kraton dikarenakan tanah
tersebut diapit dua sungai sehingga dianggap baik dan terlindung dari
kemungkinan banjir. Meski sudah berusia ratusan tahun dan sempat rusak
akibat gempa besar pada tahun 1867, bangunan Kraton Yogyakarta tetap
berdiri dengan kokoh dan terawat dengan baik. Bangunan Keraton Yogyakarta seluruhnya seluas 14.000 meter persegi. Di
dalamnya terdapat dari beberapa bangunan dan bangsal. Jika bangsal
adalah bangunan terbuka tanpa pintu dan jendela, lain lagi dengan gedung
yang lebih tertutup.
Keraton juga dikelilingi pohon beringin yang berjumlah 64 buah. Jumlahnya menyiratkan usia Nabi Muhammad saat wafat jika dihitung berdasarkan penanggalan Jawa. Dua buah pohon beringin yang ada di bagian depan Keraton Yogyakarta merupakan hadiah dari Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Majapahit. Di antara kedua beringin itulah, pemerintahan raja pertama hingga ke delapan memberlakukan hukuman kepada para penjahat.
Ketika memasuki Keraton Yogyakarta, Anda akan disambut bangsal pagelaran yang digunakan untuk menggelar upacara adat keraton. Bangsal ini pernah dipugar 1934 oleh Sultan Hamengkubuwono VIII. Motif lantainya berbentuk bintang delapan. Bangsal pagelaran ini juga memiliki tiang penyangga sebanyak 63 buah yang bertujuan mengingat usia wafat Nabi Muhammad jika dihitung berdasarkan kalender Masehi. Tiang-tiang bangsal juga mengandung simbol agama. Misalnya, yang paling atas adalah bunga lotus yang merupakan lambang agama Hindu, bunga teratai yang merupakan lambang Budha, dan alat baca Quran yang melambangkan agama Islam. Peletakan simbol tersebut diurut berdasarkan urutan masuknya agama ke Indonesia. Sayangnya, lambang Kristen dan Katolik tidak disertakan karena baru masuk ke Indonesia setelah tiang tersebut dipancangkan. Ini artinya, agama itu seperti tiang kerajaan, jadi apapun agamanya yang penting tetap damai dan bersatu.
Berjalan ke bagian belakang, Anda akan disambut dua buah bangsal kecil di bagian kiri dan kanan. Ini adalah bangsal Pacikeran yang digunakan sebagai tempat berdiam diri para abdi dalem yang bertugas sebagai algojo. Tugas mereka memang menunggu perintah untuk membunuh penjahat. Bangsal Pacikeran ini memang sengaja dibuat pendek agar semua algojo hanya dapat duduk di dalam bangsal dan menghormati para tamu yang datang sehingga mereka tidak akan semena-mena.
Keraton juga dikelilingi pohon beringin yang berjumlah 64 buah. Jumlahnya menyiratkan usia Nabi Muhammad saat wafat jika dihitung berdasarkan penanggalan Jawa. Dua buah pohon beringin yang ada di bagian depan Keraton Yogyakarta merupakan hadiah dari Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Majapahit. Di antara kedua beringin itulah, pemerintahan raja pertama hingga ke delapan memberlakukan hukuman kepada para penjahat.
Ketika memasuki Keraton Yogyakarta, Anda akan disambut bangsal pagelaran yang digunakan untuk menggelar upacara adat keraton. Bangsal ini pernah dipugar 1934 oleh Sultan Hamengkubuwono VIII. Motif lantainya berbentuk bintang delapan. Bangsal pagelaran ini juga memiliki tiang penyangga sebanyak 63 buah yang bertujuan mengingat usia wafat Nabi Muhammad jika dihitung berdasarkan kalender Masehi. Tiang-tiang bangsal juga mengandung simbol agama. Misalnya, yang paling atas adalah bunga lotus yang merupakan lambang agama Hindu, bunga teratai yang merupakan lambang Budha, dan alat baca Quran yang melambangkan agama Islam. Peletakan simbol tersebut diurut berdasarkan urutan masuknya agama ke Indonesia. Sayangnya, lambang Kristen dan Katolik tidak disertakan karena baru masuk ke Indonesia setelah tiang tersebut dipancangkan. Ini artinya, agama itu seperti tiang kerajaan, jadi apapun agamanya yang penting tetap damai dan bersatu.
Berjalan ke bagian belakang, Anda akan disambut dua buah bangsal kecil di bagian kiri dan kanan. Ini adalah bangsal Pacikeran yang digunakan sebagai tempat berdiam diri para abdi dalem yang bertugas sebagai algojo. Tugas mereka memang menunggu perintah untuk membunuh penjahat. Bangsal Pacikeran ini memang sengaja dibuat pendek agar semua algojo hanya dapat duduk di dalam bangsal dan menghormati para tamu yang datang sehingga mereka tidak akan semena-mena.
Ada banyak hal yang bisa disaksikan di Kraton Yogyakarta, mulai
dari aktivitas abdi dalem yang sedang melakukan tugasnya atau melihat
koleksi barang-barang Kraton. Koleksi yang disimpan dalam kotak kaca
yang tersebar di berbagai ruangan tersebut mulai dari keramik dan barang
pecah belah, senjata, foto, miniatur dan replika, hingga aneka jenis
batik beserta deorama proses pembuatannya. Selain itu, wisatawan juga
bisa menikmati pertunjukan seni dengan jadwal berbeda-beda setiap
harinya. Pertunjukan tersebut mulai dari wayang orang, macapat, wayang
golek, wayang kulit, dan tari-tarian. Untuk menikmati pertunjukkan seni
wisatawan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan. Jika datang pada hari
selasa wage, Anda bisa menyaksikan lomba jemparingan atau panahan gaya
Mataraman di Kemandhungan Kidul. Jemparingan ini dilaksanakan dalam
rangka tinggalan dalem Sri Sultan HB X. Keunikan dari jemparingan ini
adalah setiap peserta wajib mengenakan busana tradisional Jawa dan
memanah dengan posisi duduk.
(ASHOKO MEDIA GROUP>> dikutip dari Yogyes.com dan Okezone.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar